Friday 16 May 2014

Dalam Diamku Ada Rindu

Di tepian hati kutulis rindu dalam diam,
Menguraikan bait demi bait...
Lalu bebas masuk dalam cintamu yanpa tanya dan ragu lagi..
Untuk apa ku ingkari nurani...
Kebersamaan dan kedekatan yang kita jalan...
Telah menumbuhkan binar-binar rindu stiap kita tak bertemu...
Apa yang tersisa dari perjalanan kita selama ini..??
Selain kangen dan rindu yang terus berontak dari kedalamanya...
Aku tersudut seorang diri,
Kupandangi langit yang luas tak terbatas...
Kuraba hati kembali,
Mengukur kangen dan rindu yang hinggap...
Untukmu...
<script type="text/javascript"><!--
document.write('<s'+'cript type="text/javascript" src="http://iklanblogger.com/show.php?z=14&pl=21937&shape=1&j=1&code='+new Date().getTime()+'"></s'+'cript>');
// --></script>
<noscript>
<iframe src="http://iklanblogger.com/show.php?z=14&pl=21937&shape=1" width="300" height="252" marginwidth="0" marginheight="0" hspace="0" vspace="0" frameborder="0" scrolling="no"></iframe>
</noscript>

Bodohnya Aku

Mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku

sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti

Mimpi bersamamu

Indah dirimu tak terlukisTak tergambar rindu iniKu hanyut dalam angan yang memabukkan Mengejar asa yang menggoda riuhLihatlah aku yang berdiri disiniMemandangmu hangatMenyambut kasihmumu lembut Menanggalkan mimpi bersamamu.

Kepergianmu

Kepergianmu
Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku

Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas

Apa Kabarmu,,,,!

Harusnya sekarang aku sedang membenahi tulisan yang sedang kuedit menjadi berhuruf Abjad kemudian mengatur marginnya menjadi masing-masing dua senti. Tapi sejak tadi sore aku merindukanmu. Berkali-kali kucek handpohone dan memandangi nomormu meski aku masih benar-benar hapal 12 digit nomor itu. Ingin sekali kutekan tombol call agar aku bisa mendengar suaramu, ah tapi itu terlalu berani. Mungkin kau takkan menyukainya lalu memakiku dan menyuruhku untuk tidur cepat. Lalu kau akan bilang bahwa kau sedang tidak ingin membicarakan apa pun, kau akan menghubungiku jika kondisi hatimu telah membaik. Kadang, meski aku menerima tapi hatiku dongkol bukanmain. Kau selalu seenaknya saja menghubungiku dan kadang kau sandarkan keluhanmu padaku. Tapi kau tak mmeberi kesempatan padaku untuk sebentar saja mengeluh.  Namun aku berpikir positif saja, barangkali kau mau mengajariku dengan bahasamu bahwa aku harus bisa menghadapi persoalan apa pun. Hadapi sendiri jika memang masih bisa, jangan membuat orang lain terbebani. Mungkinkah begitu? aku tak tahu. Setelah aku urung menelponmu, aku ingin sms saja. Sudah kuketik kata salam, hallo, hai, met malam, tapi terus kuhapus lagi. Kupikir kau takkan sempat membalas sms ku karena kesibukanmu atau mungkin keenggananmu. Aku takut jika pesan itu terbaca , kau malah justru menjadi terdakwa karena prasangka. Kuingin kau baik-baik saja. Ah kau, membuatku terbelenggu dalam rindu.
  Aku sering kesal padamu. Sungguh kesal, rasa-rasanya ingin kubunuh saja dirimu agar tak nampak lagi. Tapi aku takut kau menghantuiku, ha ha aku ngelantur. Kau hidup saja sudah membuat diriku terus memikirkanmu. Aku terus mencari kabarmu dari siapa saja dan dari mana saja karena kutahu bertemu denganmu secara sengaja merupakan sesuatu yang langka. Jadi lebih baik kutahu kau baik-baik saja dan hatiku tenang daripada aku bertemu denganmu tapi setelah itu aku kesal dan merutuki keinginanku untuk bisa terus bersamamu.
 Tapi kau mungkin perlu tahu, aku belum pernah berhenti untuk menyayangimu. Sampai sekarang. Meski kadang rasa sakit dan cemburu kurasakan, tapi itu bisa kuterima. Aku bisa tersenyum mengingatmu, tingkahmu, dan kadang keanehanmu. Kau suka marah-marah padaku, nada suaramu tinggi, jarang tersenyum. Itu sikapmu. Tapi aku merindukanmu malam ini, sejak sore tadi. Sejak hari-hari yang lalu. Sejak kau tak pernah hadir lagi. Sekarang bagaimana kabarmu? Apakah kau pernah merindukanku juga Sayang,,?

Cinta Yang Indah Untuk Ku Tak Seutuhnya Bisa Aku Miliki

Tak dapat memiliki selamanya mungkin itu semua hanya untuk aku
mengapa selalu semua itu terasa jauh untuk aku
yang tak ada satupun yang dapat aku genggam …
sekal aku menggenggam nya semua itu sulit untuk aku …….
tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk melawan takdir ini.
tak ada sesuatu yang aku butuhkan yang bisa bersama aku.
hanya dengan tulisan ini aku bisa melegakan diriku ………
konyol,bodoh tak pernah aku tahu, arti semua ini .
jika semua ini hanyalah akan menjadi kenangan yang ter amat pahit untuk aku ………
apakah yang terbaik untuk aku………
mungkin hanya dia tapi banyak penghalang yang dia pun tak kan bisa menangakap aku disaat ku terjatuh ,,,,,,,,
Tuhan jika memang ini rencanamu ijinkan aku merasakan semua itu ……….
apakah menunggu jawaban kpastian itu ada untuk aku disini ……….
apakah crita yang hanya tabu ……..
bagi smua yang melihat……..
selalu berharap ini hati akan selalu bahagia ………dan tak akan ada lagi kisah yang aku jalani tanpa mu……
aku sadar dari apa yang aku jalani dan itu resiko yang harus aku tanggung sendiri tak tahu harus bagamana aku memperbaiki diriku … cinta yang indah untuk ku
tak seutuhnya bisa aku miliki……

Harapan Yang Sirna

Aku yang kini terpedaya rasa
Mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meinggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan – kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang mengfilter penyakit hati. Membidik rasa dalam kesempatan kebersamaan.

Engkau yang berjuluk wanita cantik penuh keanggunan, menawan hatiku di buai pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati yang telah menjadi milikmu. Membawa rasa ini dalam setiap malam, untuk hati yang kini telah kehilangkan kesucianya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan.

Aku yang kalah, aku yang kini terperdaya rasa…

Aku!, yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. Dan seiring kesadaran… kiranya sang pemilik setiap hati halalkan perasaan ini dengan perjanjian agung. Namun di ujungnya, ketika prasasti itu ternyata ditakdirkan bukan untukku. Aku tahu harus pasrah meski berurai air mata…
“Ketika bayangan wajahnya sering hadir di pelupuk mata
Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa
Ketika kesempatan bersanding sudah tiada lagi.