Tuesday 17 September 2013

Pertemuan yang biasa itu tidak membekas apa-apa

Kemarin Blackberry masih menjadi benda mewah, sekarang android dan pad lebih diagungkan. Kemarin juga, transaksi via mesin ATM masih sangat keren, sekarang mobile banking memungkinkan orang melakukan transaksi bahkan di tengah hutan sekali pun [jika ada sinyal]. Namun, tetap saja, aku masih berada di titik yang sama untuk mengabadikan waktu dan mengabadikan kenangan. Menyusuri setiap lorong waktu untuk tetap menemukanmu, kemudian hari.  

Aku mencari tahu tentangmu dari mana saja, memperhatikan langkahmu dari jauh, melihat cara menulismu di buku catatan, mengamati gerakan kakimu ketika sedang duduk, membedakan mata ketika mengenakan kacamata dan sesekali ketika kamu melepaskannya, juga menyenangkan menebak warna baju apa yang akan kamu kenakan di kantor selanjutnya. Aku tahu namamu, tanggal lahir, dan mungkin hal-hal sepele yang tidak penting untuk kamu ketahui seperti bagaimana aku mengamatimu berinteraksi dengan kawan-kawanmu sembari menunggu bahan PKL.. Sesekali, waktu memberiku kesempatan untuk melihatmu dari dekat, tepat di sebelahku, tapi justru di saat seperti itu aku tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya mengendalikan perasaanku yang terlalu senang, menyembunyikannya baik-baik, dan terjebak dalam satu ruang ambivalen: di satu sisi semoga waktu cepat berlalu dan di sisi lain biarkanlah kamu tetap di sebelahku. .

Menjadi teman tak bernama, mengagumi dari jauh, melihat dari belakang, dan meyakinkan diri bahwa itu kamu: rupa yang sama yang kulihat di depan ruang kerja. Ya, akan ada waktu yang panjang untuk bisa mengagumimu dari dekat meski tak memandangmu dengan lekat.

Bukannya jika tidak ada sesuatu yang bisa kita banggakan maka kemudian hal itu akan ditinggalkan dan kita beralih pada hal lain yang lebih menarik? Lalu perlahan pertemuan yang biasa itu tidak membekas apa-apa, hanya sebuah rupa yang bagiku entah akan melihatnya lagi atau tidak, itu tidak penting. Yang aku tahu, segala kemungkinan itu ada, segala kemungkinan itu bisa terjadi. Hanya waktu yang bisa menafsirkan dan menyimpulkannya. 

Hari ini aku ingin menemukanmu, dalam rupa dan kekaguman yang sama tanpa takaran yang dikurangi atau dilebihkan. Aku masih tetap menelusuri lorong waktuku sendiri untuk tetap menemukanmu, hari ini, esok, dan kemudian hari. Mungkin saja di sebuah tempat yang manis, yang kamu sebut-sebut beberapa kali, sebuah beranda yang memberikan rasa sayang dan keikhlasan: Teras helpdesk ACKP