Harusnya sekarang aku sedang membenahi tulisan yang sedang
kuedit menjadi berhuruf Abjad kemudian mengatur marginnya menjadi
masing-masing dua senti. Tapi sejak tadi sore aku merindukanmu.
Berkali-kali kucek handpohone dan memandangi nomormu meski aku masih
benar-benar hapal 12 digit nomor itu. Ingin sekali kutekan tombol call
agar aku bisa mendengar suaramu, ah tapi itu terlalu berani. Mungkin kau
takkan menyukainya lalu memakiku dan menyuruhku untuk tidur cepat. Lalu
kau akan bilang bahwa kau sedang tidak ingin membicarakan apa pun, kau
akan menghubungiku jika kondisi hatimu telah membaik. Kadang, meski aku
menerima tapi hatiku dongkol bukanmain. Kau selalu seenaknya saja
menghubungiku dan kadang kau sandarkan keluhanmu padaku. Tapi kau tak
mmeberi kesempatan padaku untuk sebentar saja mengeluh.
Namun
aku berpikir positif saja, barangkali kau mau mengajariku dengan
bahasamu bahwa aku harus bisa menghadapi persoalan apa pun. Hadapi
sendiri jika memang masih bisa, jangan membuat orang lain terbebani.
Mungkinkah begitu? aku tak tahu. Setelah aku urung menelponmu, aku ingin
sms saja. Sudah kuketik kata salam, hallo, hai, met malam, tapi terus
kuhapus lagi. Kupikir kau takkan sempat membalas sms ku karena
kesibukanmu atau mungkin keenggananmu. Aku takut jika pesan itu terbaca ,
kau malah justru menjadi terdakwa karena prasangka. Kuingin kau
baik-baik saja. Ah kau, membuatku terbelenggu dalam rindu.
Aku sering kesal padamu. Sungguh kesal, rasa-rasanya ingin kubunuh saja dirimu agar tak nampak lagi. Tapi aku takut kau menghantuiku, ha ha aku ngelantur. Kau hidup saja sudah membuat diriku terus memikirkanmu. Aku terus mencari kabarmu dari siapa saja dan dari mana saja karena kutahu bertemu denganmu secara sengaja merupakan sesuatu yang langka. Jadi lebih baik kutahu kau baik-baik saja dan hatiku tenang daripada aku bertemu denganmu tapi setelah itu aku kesal dan merutuki keinginanku untuk bisa terus bersamamu.
Tapi kau mungkin perlu tahu,
aku belum pernah berhenti untuk menyayangimu. Sampai sekarang. Meski
kadang rasa sakit dan cemburu kurasakan, tapi itu bisa kuterima. Aku
bisa tersenyum mengingatmu, tingkahmu, dan kadang keanehanmu. Kau suka
marah-marah padaku, nada suaramu tinggi, jarang tersenyum. Itu sikapmu.
Tapi aku merindukanmu malam ini, sejak sore tadi. Sejak hari-hari yang
lalu. Sejak kau tak pernah hadir lagi. Sekarang bagaimana kabarmu?
Apakah kau pernah merindukanku juga Sayang,,?
Aku sering kesal padamu. Sungguh kesal, rasa-rasanya ingin kubunuh saja dirimu agar tak nampak lagi. Tapi aku takut kau menghantuiku, ha ha aku ngelantur. Kau hidup saja sudah membuat diriku terus memikirkanmu. Aku terus mencari kabarmu dari siapa saja dan dari mana saja karena kutahu bertemu denganmu secara sengaja merupakan sesuatu yang langka. Jadi lebih baik kutahu kau baik-baik saja dan hatiku tenang daripada aku bertemu denganmu tapi setelah itu aku kesal dan merutuki keinginanku untuk bisa terus bersamamu.
No comments:
Post a Comment